Hati-hati memakai kata “tidak”

Apakah anda sering memakai kalimat negasi dengan memakai kata “tidak” atau dalam upaya Anda meyakinkan orang lain atau mengajar anak anak?
Misalnya, “saya tidak menginginkan imbalan”, atau “jangan korupsi?” 
Sebab yang disimpan di otak adalah “menginginkan imbalan” atau “korupsi” sedangkan kata tidak dan jangan tidak ikut terekam dan tersimpan dalam otak atau kesadaran kita.  Nah dampaknya bisa berabe bukan?
Berikut adalah penjelasan lebih dalam hasil diskusi saya dengan Chat GPT.

Pemahaman tentang Struktur Memori Otak dan Implikasinya dalam Komunikasi Positif

Penelitian tentang cara kerja otak dalam menyimpan memori telah menghasilkan temuan yang menarik terkait bagaimana manusia memproses informasi, khususnya dalam konteks bahasa dan komunikasi. Salah satu temuan yang mencuri perhatian adalah bahwa otak manusia cenderung menyimpan informasi dalam bentuk konsep inti yang lebih sederhana, bukan dalam bentuk pernyataan kompleks yang mengandung negasi (kata "tidak").

Struktur Penyimpanan Memori di Otak

Otak manusia merupakan organ yang sangat kompleks dengan miliaran neuron yang saling terhubung. Dalam konteks penyimpanan memori, penelitian dalam bidang neurosains menunjukkan bahwa otak lebih efektif dalam menyimpan konsep utama daripada konsep yang melibatkan negasi atau penyangkalan.

Sebagai contoh, jika seseorang mengucapkan kalimat "Saya tidak mencuri", penelitian menunjukkan bahwa otak cenderung lebih mudah menyimpan konsep inti yaitu "mencuri", karena kata "tidak" merupakan bentuk negasi yang membutuhkan proses kognitif yang lebih rumit. Dalam proses ini, otak harus terlebih dahulu memahami konsep "mencuri" sebelum kemudian menambahkan penyangkalan "tidak", yang pada akhirnya menambah beban kognitif (Clark & Clark, 1977).

Sebaliknya, jika seseorang menggunakan kalimat "Saya jujur", konsep yang tersimpan di otak adalah kata kunci "jujur" yang bersifat positif dan tidak memerlukan proses penyangkalan tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa menggunakan bahasa yang positif cenderung lebih efektif dalam membentuk pola pikir dan perilaku yang baik.

Implikasi dalam Komunikasi dan Pendidikan

Jika temuan ini benar, maka penting untuk meninjau kembali cara kita berkomunikasi, terutama dalam mendidik anak-anak, membangun kebiasaan positif, atau bahkan dalam melatih diri sendiri untuk mengadopsi pola pikir yang lebih sehat.

Beberapa contoh penerapan komunikasi positif yang lebih efektif meliputi:

· Daripada berkata: "Jangan mencuri" → Lebih baik berkata: "Jadilah jujur".

· Daripada berkata: "Jangan selingkuh" → Lebih baik berkata: "Setialah pada pasanganmu".

· Daripada berkata: "Jangan malas" → Lebih baik berkata: "Rajinlah berusaha".

· Daripada berkata: "Jangan menginginkan uang" → Lebih baik berkata: "Bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki".

Penggunaan kata-kata positif ini cenderung menciptakan gambaran mental yang lebih konstruktif, sehingga mendorong perilaku yang sesuai dengan harapan.

Penjelasan Ilmiah

Penelitian dalam bidang psikologi kognitif mendukung gagasan ini. Menurut studi yang dilakukan oleh Kahneman dan Tversky (1979) tentang Prospect Theory, otak manusia memiliki kecenderungan untuk lebih peka terhadap informasi yang berhubungan dengan konsep inti yang mudah dipahami. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Wason (1960) tentang Wason Selection Task menunjukkan bahwa individu sering kali mengalami kesulitan memahami dan memproses informasi yang mengandung penyangkalan.
Dalam dunia pendidikan, teori pembelajaran konstruktivis yang dipopulerkan oleh Jean Piaget juga menyoroti pentingnya pembentukan konsep melalui pengalaman positif. Piaget berpendapat bahwa anak-anak belajar lebih efektif melalui pemodelan perilaku yang diinginkan daripada melalui penegasan tentang apa yang tidak boleh dilakukan (Piaget, 1954).
Kesimpulan
Temuan ini memberikan wawasan berharga bahwa menggunakan bahasa positif dapat membantu menciptakan pola pikir yang lebih sehat dan perilaku yang lebih konstruktif. Dalam komunikasi sehari-hari, memilih kata-kata yang menyoroti nilai-nilai positif seperti kejujuran, kesetiaan, dan rasa syukur akan lebih efektif daripada menggunakan kalimat yang mengandung negasi.
Dengan menerapkan prinsip ini, baik dalam mendidik anak, membangun kebiasaan positif, maupun dalam komunikasi interpersonal, kita dapat lebih efektif mempengaruhi cara pikir dan tindakan orang lain secara positif.

Referensi
· Clark, H. H., & Clark, E. V. (1977). Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics. Harcourt Brace Jovanovich.
· Kahneman, D., & Tversky, A. (1979). Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk. Econometrica, 47(2), 263-292.
· Piaget, J. (1954). The Construction of Reality in the Child. Basic Books.
· Wason, P. C. (1960). On the failure to eliminate hypotheses in a conceptual task. Quarterly Journal of Experimental Psychology, 12(3), 129-140.

 Sumber gambar : jambi.antaranews.com