Magnet Peradaban Karo: Sebuah Refleksi Budaya dan Identitas

Peradaban Karo menyimpan nilai-nilai budaya yang kaya dan mengakar kuat, yang terus menunjukkan relevansi dan daya tariknya dalam lintas generasi. Filosofi hidup yang tertanam dalam struktur adat dan relasi sosial masyarakat Karo membentuk kerangka berpikir dan perilaku kolektif yang patut dihargai, dipelajari, dan dilestarikan.

Salah satu kekhasan budaya Karo adalah pemberian marga atau beru kepada individu yang masuk ke dalam komunitas melalui perkawinan atau kedekatan sosial. Proses ini tidak hanya bersifat simbolik, melainkan juga memasukkan individu tersebut ke dalam sistem sosial adat Karo yang mencakup senina/sembuyak, kalimbubu, dan anak beru. Hal ini mencerminkan struktur kekerabatan yang holistik dan inklusif.

Upacara adat, seperti perkawinan, menampilkan kesinambungan tradisi melalui tiga rangkaian utama: Maba Belo Selambar, Nganting Manuk, dan Mata Kerja. Bahkan dalam konteks modern, nilai kesederhanaan dan penghormatan tetap terjaga, tercermin dari praktik duduk lesehan di atas amak mentar (tikar putih), di mana posisi duduk pun merefleksikan relasi sosial dalam sistem adat.

Fenomena kebanggaan terhadap identitas Karo juga tampak dalam partisipasi aktif individu Karo di berbagai bidang profesional. Representasi merga silima tampak signifikan di ranah akademik, militer, seni, bisnis, hingga bidang sosial, menandakan keberhasilan peradaban Karo dalam membentuk karakter individu yang percaya diri dan berprestasi.

Sosok Mama Barata Berahmana menjadi representasi konkret dari internalisasi nilai-nilai peradaban Karo. Di usia 86 tahun (pada 2025), beliau tetap aktif dalam diskusi budaya, menyumbangkan dana dan waktu untuk kegiatan pelestarian, serta menulis dan membagikan gagasannya secara konsisten. Gaya hidupnya yang seimbang—antara kesehatan, relasi sosial, dan penghargaan terhadap martabat manusia—menggambarkan etos hidup yang terbangun dari filosofi Karo.

Meski demikian, kritik terhadap kecenderungan membela pihak tertentu tanpa klarifikasi lengkap perlu dijadikan refleksi. Namun secara umum, karakter dan kontribusinya menunjukkan bahwa revitalisasi dan internalisasi nilai-nilai peradaban Karo di kalangan generasi muda sangatlah penting. Dengan demikian, akan tumbuh pribadi-pribadi seperti Barata Berahmana yang menjadi wajah kemajuan dan kemanusiaan dari peradaban Karo itu sendiri